Penulis: Al Ustadz Abu Hamzah al Atsary
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Imam asy Syafi’i, “Wahai Abu Abdillah, manakah yang lebih baik bagi seseorang dibiarkan atau diuji?” Al Imam asy Syafi’i menjawab, “Tidak mungkin seseorang itu dibiarkan hingga ia diuji, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, ‘Isa, dan Nabi Muhammad sholawatullah ‘alaihim ajma’in. Maka tatkala mereka bersabar, Allah mengokohkan mereka. Tidak boleh seorang pun mengira akan lepas dari kesusahan.”
Al 'Allamah Ibnul Qoyyim rahimaahullaah mengatakan, “Ujian merupakan suatu keharusan yang menimpa manusia dan tidak ada seorang pun yang dapat mengelak darinya, oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan dalam Al Qur’an tentang keharusannya menguji manusia…” (Madarijus Salikin 2/283).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (adzab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (QS Al Ankabuut: 1-4).
Allah juga berfirman,
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS Al Anbiyaa`: 35).
Betapa banyak para da’i-da’i Islam yang bungkam mulutnya tidak berani untuk berbicara yang haq, karena selalu mendapat tekanan dan intimidasi, terorislah, Islam garis keraslah, serta seabreg tudingan dan pelecehan yang lainnya, hanya da’i-da’i pramuka -yang di sana senang di sini senang, di sana senyum di sini senyum- yang aman-aman saja. Da’i-da’i ini tidak punya andil dalam memerangi ahli bid’ah dan syirik malah ikut berkecimpung dan ikut berperan mendukungnya, seolah-olah dirinya mengatakan, “No problem, take it easy man…!”
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiada seorang Nabi yang diutus sebelumku, melainkan mempunyai sahabat-sahabat yang setia yang mengikuti benar-benar tuntunan ajarannya. Kemudian timbullah di belakang mereka turunan yang hanya banyak bicara dan tidak suka berbuat dan mengerjakan apa-apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang memerangi mereka dengan tangannya, ia mu`min, dan siapa yang menentang mereka dengan lidahnya, ia mu`min, dan siapa yang membenci mereka dengan hatinya, ia mu`min. Selain dari itu tidak ada lagi iman walau seberat biji sawi.” (HR Muslim dalam Kitabul Iman no: 80, Ahmad 1/458-461 dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud).
Hendaknya kita mengetahui bahwa sudah menjadi hikmah Allah, mengadakan bagi tiap-tiap Nabi musuh-musuhnya.
Allah berfirman,
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…” (QS Al An’aam: 112).
Allah juga berfirman,
“Dan seperti itulah telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS Al Furqan: 31).
Jika seorang da’i menyeru kepada tauhid ia akan mendapatkan di hadapannya da’i-da’i kepada kesyirikan, jika seorang da’i mengajak kepada sunnah, ia akan mendapatkan di hadapannya ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu, jika seorang da’i menuntun ummat mengamalkan agama sesuai syari’at Allah, ia akan mendapatkan di hadapannya ahli syubhat dan ulama-ulama su’, jika seorang da’i menjauhkan umat dari kemungkaran dan kemaksiatan, ia akan mendapatkan di hadapannya ahli syahwat, orang-orang fasiq, dan sejenis mereka. Oleh karena itu, segala apa yang menimpa kita kaum muslimin dari berbagai macam intimidasi, eksploitasi, dan semua usaha-usaha Islamophobia adalah ujian tuk meraih janji Allah dan membuktikan keimanan di hadapanNya. Waroqoh bin Naufal pernah berkata kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tiada seorangpun yang datang membawa seperti apa yang telah engkau bawa melainkan ia akan diuji.”
Para pembaca -semoga dirahmati Allah-, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan “sabar” sebagai senjata ampuh kaum mu`minin dalam membendung bahaya syahwat, fitnah, dan segala macam ujian; dan yang telah menjadikan yakin sebagai tameng untuk membendung lajunya syubhat.
Allah berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqoroh: 155).
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu…” (QS Muhammad: 31).
“Cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqman: 17).
Dan Allah berfirman,
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hambaku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zumar: 10).
Dan Allah juga berfirman,
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”. (QS Ar Ruum: 60).
Tidak ada lagi yang patut dikhawatirkan bagi para pengemban al haq, walau bagai menggenggam bara api, kesabaran dan keyakinannya yang akan menghantarkan pada kedudukan yang tinggi menggapai janji dan karunia Allah.
Allah berfirman,
“Hai hamba-hambaku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.” (QS Az Zukhruf: 68-73).
Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat yang aman. (Yaitu) di dalamnya taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari adzab neraka sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS Ad Dukhaan: 51-57).
Hasbunallah wa ni’mal wakil, wal ‘ilmu ‘indallah, wal hamdulillahi robbil ‘alamin.
Sumber: Buletin Al Wala’ wal bara’. Edisi ke-43 Tahun ke-1 / 10 Oktober 2003 M / 13 Sya’ban 1424 H
0 komentar:
Posting Komentar